Green Latern Pointer - Wait

12.57
0
alam rangka interaksi sosial dan keharmonisan hubungan, Al-Quran memperkenalkan satu bentuk redaksi, dimana lawan bicara memahaminya sesuai dengan pandangan atau keyakinannya, tetapi bukan seperti yang dimaksud oleh pengucapnya. Karena, si pengucap sendiri mengucapkan dan memahami redaksi itu sesuai dengan pandangan dan keyakinannya. Salah satu contoh yang dikemukakan adalah ayat-ayat yang tercantum dalam QS 34:24-25. Kalaupun non Muslim memahami ucapan “Selamat Natal” sesuai dengan keyakinannya, maka biarlah demikian, karena Muslim yang memahami akidahnya akan mengucapkannya sesuai dengan garis keyakinannya. Memang, kearifan dibutuhkan dalam rangka interaksi sosial.
Tidak kelirulah, dalam kacamata ini, fatwa dan larangan itu, bila ia ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan ternodai akidahnya. Tetapi, tidak juga salah mereka yang membolehkannya, selama pengucapnya bersikap arif bijaksana dan tetap terpelihara akidahnya, lebih-lebih jika hal tersebut merupakan tuntunan keharmonisan hubungan.
[Sumber: MEMBUMIKAN AL-QURAN, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat Dr. M. Quraish Shihab].
Lepas dari pro-kontra (pada kalangan Islam) tersebut, KH Dr. Nuril Arifin justru melakukan sesuatu, yang mungkin saja pertama kali di dunia. KH Nurul Arifin menerima undangan dari Pendeta dan Gembala Sidang Gereja Bethany Tayu, Pati - Jawa Tengah; bukan sekedar hadir, namun sebagai salah satu pembicara atau penceramah.
KH Nurul Arifin memberikan ceramah yang membangun hubungan antar iman umat beragama, yang di dalam merupakan kesatuan dan kekuatan untuk membangun bangsa dan negara, (klik gambar di bawah untuk tonton vidio).

0 komentar:

Posting Komentar